Setiap orang tentu memiliki alasan tertentu sebelum membeli sebuah produk. Begitu pula dengan penulis saat membeli produk sepeda motor Honda, keluaran Astra International. Bagi penulis pribadi, sepeda motor Honda bukan lagi sekadar pelengkap atau alat penunjang transportasi semata, hingga bisa membuat kita lebih leluasa untuk bepergian ke mana-mana, tapi lebih dari itu semua. Sepeda motor Honda bahkan telah menjelma mejadi pahlawan, karena telah berjasa ikut menyelamatkan nyawa penulis.
Selama lebih kurang lima belas tahun lamanya pengalaman penulis hidup bersama sepeda motor Honda, tentunya sudah banyak kenangan pahit manis asam yang terukir. Selama rentang waktu itu pula, sepeda motor Honda juga telah begitu banyak berjasa mewarnai perjalanan hidup penulis. Sebut misalnya mulai saat mengurus surat pindah sekolah, mengurus ijazah tamat sekolah atau kuliah hingga ikut menunjang bidang kerja penulis sebagai jurnalis.
Namun dari sekian penggalan kisah penulis bersama sepeda motor Honda, ada satu pengalaman yang mungkin tidak akan pernah bisa penulis lupakan sepanjang hayat di kandung badan. Pengalaman itu terjadi saat penulis bermaksud hendak pulang ke kampung halaman untuk menemui orangtua di rumah. Namun naasnya, saat melewati tikungan tajam, secara tiba-tiba dari arah berlawanan datang angkutan umum dengan kecepatan cukup tinggi.
Karena saking kagetnya, untuk menghindari terjadinya tabrakan, spontan
penulis pun langsung membanting stir ke arah kiri. Namun akibatnya justeru lebih fatal lagi. Sepeda motor penulis terjungkal di pinggir jalan raya, dengan posisi ban belakang menggantung, karena tersangkut di rerumputan.
Akibatnya tentu bisa ditebak, meski secara tak sadar tangan penulis masih menarik pedal gas dengan kuatnya, namun sepeda motor tetap tidak beranjak dari tempatnya.
Bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika saat itu posisi ban belakang menyentuh tanah, sementara tangan penulis sedang menarik pedal gas dengan kuatnya, tentu bisa dipastikan, sepeda motor berikut penulis bakal terjun bebas ke dasar jurang yang dalamnya lebih dari 500 meter. Jika itu yang terjadi mungkin penulis tidak bisa membayangkan bagaimana nasib penulis saat itu.
Untunglah Tuhan berkehendak lain. Melalui perantaraan sepeda motor Honda, nasib penulis masih tertolong. Bahkan tanpa mengalami luka sedikitpun.
Sejak saat itulah, rasanya ada perasaan aman dan nyaman saat mengendarai sepeda motor Honda. Makanya itulah salah satu alasan penulis saat membeli sepeda motor Honda Supra Fit keluaran terbaru, sebagai ganti sepeda motor butut merk Astrea Grand yang penulis gunakan sebelumnya.
Jika mengingat kembali peristiwa itu, penulis i begitu ngeri membayangkannya. Namun, dari pengalaman itu pula, penulis semakin percaya dengan kata bijak, bahwa tak ajal berpantang mati. Namun di balik itu semua, penulis juga semakin "cinlok" dengan sepeda motor Honda yang ikut berjasa menyelamatkan nyawa penulis.
Sepeda Motor Honda Tak Ada Matinya
Lain pengalaman penulis, lain pula pengalaman Khaidir (62), salah seorang pemilik begkel yang merangkap pelatih beruk di Nagari Pakadangan, Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padangpariaman. Saat penulis singgah di tempat kerjanya, bulir hujan tampak masih turun membasahi bumi. Alhasil, meski berbekal mantel atau jas hujan, tetap saja penulis tak kuasa menghalangi guyuran hujan yang membasahi tubuh penulis.
Tidak jauh berbeda dengan Khaidir, seakan tak mempedulikan turunnya hujan, saat itu dia terlihat hendak menyeberang jalan. Barangkali ingin melihat sawah dan kolamya yang terletak tidak jauh dari bengkel tempatnya bekerja.
Tak ingin kehilangan sumber untuk medapatkan informasi, penulis pun spontan meneriakinya. Alasannya penulis ingin menambah angin sepeda motor.
Beruntung Khaidir bermurah hati, dan langsung berbalik arah menuju bengkel. Selajutnya tentu bisa ditebak. Penulis pun memafaatkan momen itu untuk menggali berbagai informasi sebanyak mungkin. "Memang di samping membuka usaha bengkel sepeda motor, saya juga berprofesi
sebagai pelatih beruk. Usaha ini bahkan sudah cukup lama saya jalani. Usaha ini awalnya saya warisi dari orangtua saya sendiri. Jadi kalau mau wawancara pelatih beruk ya saya ini orangnya," ujarnya dengan penuh semangat, saat penulis mencoba menanyakan profesinya sebagai pelatih beruk yang terbilang langka itu.
Khaidir menyebutkan, beruk hasil binaannya itu umumya didatangkan dari daerah tetangga, seperti dari Kabupaten Pasaman atau Kabupaten Pesisir Selatan."Kalau di Padangpariaman ini biasanya beruk sudah semakin sulit didapatkan. Makanya saya biasanya memilih membelinya dari daerah lain," terangnya.
Dia biasanya melatih beruk-beruk tersebut selama satu minggu hingga satu bulan, untuk kemudian dijual kembali kepada pemesan."Kalau beruk yang belum memiliki keterampilan khusus, paling harganya hanya berkisar Rp350 ribu. Tapi yang terlatih bisa mencapai Rp2,5 juta atau lebih," terangnya disertai seyumnya yang khas.
Artinya, nilai atau harga seekor beruk juga sangat tergantung kepada skill atau keahlian yang dimilikinya.
Pengalaman puluhan tahun sebagai pelatih beruk Khaidir mengaku banyak mendapat pelajaran berharga dari hewan bernama beruk.“Bila diperhatikan betul, ternyata perilaku beruk itu tidak jauh berbeda dengan manusia. Sebut saja misalnya kalau kita memelihara beruk betina. Itu biasanya sifat cemburuannya sangat luar biasa sekali. Bahkan dia bisa saja marah kalau melihat kita atau tuannya sedang bercakap-cakap terlalu lama dengan orang lain, terutama kalau kita bercakap-cakap dengan seorang wanita,” sejenak Khaidir memperbaiki pisisi duduknya.
Begitu pula beruk yang telah terbiasa diajak memetik buah kelapa misalnya. Kalau sempat menganggur beberapa hari saja, biasanya dia akan berubah menjadi liar karena gelisah. “Mungkin inilah bedanya dengan kita manusia barangkali. Kalau beruk itu bisanya maunya ingin bekerja terus. Mungkin dia tidak terbiasa menganggur barangkali,” kali ini Khaidir tertawa renyah.
Karena itulah menurutnya, untuk bisa mengendalikan beruk, sebagai tuan atau pemilik beruk tentu perlu pula mengetahui sifat-sifat dasar beruk. “Misalnya saja, kalau dia sudah terlihat agak letih, sebaiknya diistirahatkan dulu. Karena beruk itu juga kan tidak jauh berbeda dengan kita manusia. Mereka juga butuh istirahat dan makan. Karena kalau mereka telah diberi makan, mungkin ditambah teh manis atau kopi, biasanya dia akan kembali semangat bekerja,” Khaidir mengisahkan pengalamannya.
Di pihak lain, dalam menunjang usahanya sehari-hari, Khaidir menyebutkan selama ini dia ikut dibantu oleh kendaraan "dinas"nya sehari-hari. Dalam hal ini sepeda motor Honda. "Seperti kata banyak orang, sepeda motor Honda itu terbilang bandel. Jadi meski pun usianya telah cukup tua, namun tetap masih tetap ready digunakan," terangnya. Atau dalam bahasa lain sepeda motor Honda seakan tak ada matinya. “Yang terpenting olinya harus teratur diganti secara rutin,” sesaat Khaidir tampak menoleh ke jalan raya.
Itulah menurutnya alasan dirinya kenapa dia menggunakan produk sepeda motor Honda. Karena di samping bahan bakarnya irit, juga spareparknya mudah didapatkan di mana-mana.“Lagiankan sekarang kita kan bisa mendapatkan sparepark bekas yang masih layak digunakan. Harganya juga terbilang miring. Dan itu biasanya dengan mudah bisa kita dapatkan di sekitar daerah perkotaan ,” terangnya.
Melimpahnya sparepark sepeda motor Honda sebut Khaidir, belakangan juga banyak dilirik pengguna sepeda motor keluaran produk lain.
Sepeda Motor Honda Dukung Managemen Usaha
Tidak jauh berbeda, Anton (42), salah seorang pedagang kelapa di Nagari Pauh Kambar, Kecamatan Nan Sabaris juga tidak menapikan keunggulan produk sepeda motor produksi Astra Internasional.“Yang jelas salah satu keunggulannya selain mesinnya sangat bandel juga semakin panas mesinnya, biasanya tarikannya juga akan semakin ringan. Kuncinya, sparepark yang kita gunakan tentunya harus ori (maksudnya original,pen), ha ha,” bebernya sembari diiringi derai tawa.
Tidak kalah pentingnya, bagi Anton sendiri, keberadaan produk sepeda motor Honda selama ini memang sangat menunjang perkembangan usahanya. “Karena dalam mengelola sebuah usaha kita tentu harus memiliki managemen yang jelas, termasuk diantaranya dalam memilih kendaraan operasional untuk kelancaran usaha kita,” imbuhnya memberikan alasan.
Apa yang disebutkan Anton tersebut tentunya bukan tanpa alasan. Pasalnya seperti pengakuannya, dalam menjalankan usahanya sebelumnya dia biasa menggunakan kendaraan roda empat. Hingga diapun terpaksa harus rela mengeluarkan cos cukup besar untuk biaya operasional sehari-hari. “Makanya ketika ada orang menawarkan sepeda motor Honda, ya langsung saya sambar saja. Setelah itu langsung saya modifikasi menjadi becak untuk kegiatan operasional sehari-hari,” sebut Anton sembari menghenyakkan pinggulnya di bangku becak miliknya.
Belakangan diketahui, keputusan itu sangat tepat. Terbukti dengan hanya bermodalkan dua liter bahan bakar bensin saja, dia bisa leluasa masuk keluar kampung untuk membeli kelapa dari pelanggaannya. “Jadi kalau dibandingkan menggunakan kendaraan roda empat misalnya, tentu cos atau pengeluaran kita jelas akan jauh lebih besar. Lagipula kan muatan becak juga cuma beda tipis dengan roda empat jenis Pic Up misalnya,” terangnya berargumen.
Di pihak lain, layaknya pedagang kelapa lainnya, dalam menunjang usahanya dia juga rutin menggunakan jasa beruk piaraannya. “Kalau beruk saya ini keterampilannya mungkin bisa dikatakan sudah terbilang komplek. Makanya meski ada yang menawarinya hingga Rp5 juta lebih tetap saya tidak mau menjualnya,” terangnya.
Sebagai penunjang kegiatan usaha, Anton juga mengaku hampir saban hari membonceng beruk piaraannya itu saat mengendarai becak atau sepeda motor Honda miliknya.
“Mungkin karena sudah terbiasa barangkali. Jika dibonceng di belakang dia biasanya tetap enjoy saja. Sepertinya beruk juga suka menikmati pemandangan yang ada di sekitarnya. Terutama tentunya pemandangan yang indah-indah hehe,” mendengar pengakuan Anton ini, penulis pun tak kuasa untuk tidak tertawa. He hehe hee.
Mampu Raup Rupiah demi Rupiah
Agussalim, salah seorang tekhnisi kompor gas di Kampuang Paneh, Desa Bungo Tanjuang, Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman yang ditemui Sabtu kemarin juga mengakui alasannya hingga sampai terpikat dengan produk sepeda motor Honda. “Sepeda motor Honda itu sudah teruji. Bahkan meski usianya sudah terbilang lanjut sekalipun, namun tenaganya masih tetap top cer,” begitu alasannya, ketika ditanya alasannya menggunakan sepeda motor jenis Honda.
Saking kepincut dengan produk sepeda motor Honda, Agussalim menyebutkan tidak hanya menggunakan sepeda motor Honda untuk menunjang kegiatan hariannya sebagai tekhnisi kompor gas. Tapi juga ada satu sepeda motor honda lainnya yang dimodifikasinya menjadi becak untuk mengangkut air galon pesanan pelanggannya. “Karena selain bergelut dalam usaha perbaikan kompor gas, saya juga kebetulan ada pula membuka usaha jasa antar air isi ulang,” sebutnya.
Menariknya, berbeda dengan orang lain pada umumnya, yang biasa mengupahkan pembuatan becak motor ke bengkel tertentu, Agussalim justeru memilih merakit sendiri sepeda motornya, untuk kemudian disulap menjadi becak yang berguna multi fungsi itu. “Kalau soal keterampilan, saya ini orangnya termasuk multi talenta. Karena jangankan untuk bisa memperbaiki kompor gas atau merakit becak, sedangkan kepala saya saja boleh dikatakan sudah bertahun-tahun tidak pernah lagi dipegang tukang cukur. Sebab selama ini saya sendiri yang memotongnya,” ungkapnya memperlihatkan rambut rapinya, yang juga dihiasi dengan jambul di bagian belakang kepalanya.
“Berbeda dengan anak zaman sekarang, mereka maunya hanya dimanjakan dengan uang orangtuanya, sehingga banyak diantaranya tidak mampu hidup mandiri,” ujarnya menambahkan.
“Makanya kalau bicara tentang keahlian memperbaiki kompor gas, silakan tanya saja di sekitar sini. Pastilah orang-orang akan menyebut bahwa sayalah ahlinya,” imbuhnya sembari berpromosi.
Bahkan tidak hanya melayani servis kompor gas, namun Agussalim juga kerap mengolah atau memodifikasi kembali limbah kompor gas bekas untuk dijual kembali kepada para pelanggannya. “Biasanya harga yang saya tawarkan kisarannya 2/3 dari kompor gas baru. Tapi kalau untuk servis cukup dengan biaya Rp40 ribu saja,” terangnya.
“Perlu diketahui, salah satu kunci kalau ingin menggunakan kompor gas, yang penting kita jangan ceroboh atau lalai. Karena, hampir 80 persen faktor ledakan kompor gas yang terjadi itu lebih disebabkan karena faktor kelalaian,” sebutnya.
Agussalim mengaku bersyukur, karena berkat keterampilan yang dimilikinya selama ini, dia telah berhasil mengantarkan anak-anaknya sukses mengharungi rumah tangganya masing-masing. “Makanya saat ini saya bisa hidup lebih santai, karena penghasilan saya sehari-hari lumayanlah untuk mencukup kebutuhan hidup bersama isteri saya di rumah. Ya hitung-hitung usaha saya ini bisa dikatakan hanya sebagai pengisi hari tua,” terangnya.
Agussalim menyebutkan, dari hasil bengkel kompor gasnya perharinya dia bisa meraup pendapatan sekitar Rp150 perhari. Belum lagi pendapatan dari usaha layanan isi air ulang lainnya. “Jadi kalau dihitung-hitung sekitar sepuluh tahun saya menggunakan jasa sepeda motor Honda, memang sudah sangat banyak rupiah demi rupiah yang bisa terkumpul,” tandasnya mengakhiri.