Peadagang Jualan Saat Lebaran |
PADANGPARIAMAN---Meski lalu lalang kendaraan selama lebaran tahun ini terbilang cukup ramai hingga sering diwarnai kemacetan lalu lintas, namun kondisi itu tidak terlalu berdampak signifikan terhadap pendapatan para pedagang. Baik itu pedagang makanan atau pun pedagang minuman lainnya. Seperti diakui sejumlah pedagang di sekitar kawasan kompleks makam Syech Burhanuddin Ulakan yang menjual beragam pangan khas Pariaman, seperti sala, rakik dan sejenisnya.
Yusnimar salah seorang pedagang rakik di kawasan itu mengaku dibandingkan lebaran tahun lalu, omsetnya pada lebaran tahun ini terbilang jauh mengalami penyusutan. Bahkan penyusutannya bisa mencapai 50 persen lebih. "Kalau Hari Rayo tahun dulu, perharinyo awak bisa dapek pitih sampai 2 juta labiah sahari. Tapi kini paliang banyak indak sampaigai 400 ribu sahari doh," ungkap Yusnimar (65), salah seorang pedagang rakik yang mengaku telah puluhan tahun menekuni usaha tersebut di sekitar gerbang makam Syech Burhanuddin.
Menurutnya, pada lebaran tahun lalu, saking tingginya omset pejualannya perharinya, dia bahkan sempat membuka cabang di tempat lain, tepatnya di bagian ujung jalan menuju kompleks makam Syehc Burhanuddin. Namun, pada lebaran tahun ini, kondisinya tetap saja sepi pembeli. Malahan yang terjadi hanyalah kemacetan lalu lintas kendaraan. "Kalau urang lewat iyo lai rami juo nan lalu lalang. Tapi kebanyakan urang tu indak babalanjo sarupo tahun lalu," imbuhnya mengeluhkan.
Yusnimar menyebutkan, menurunnya omset pedagang seperti dirinya pada lebaran tahun ini tidak terlepas akibat sulitnya kondisi ekonomi masyarakat akhir-akhir ini. "Iyo kini nampaknyo pitih tu bana nan sarik, makonyo urang yang babalanjo tapaso lo harus bairit," terangnya.
Senada dengan itu diakui Nur (55) pedagang accesories di sekitar kompleks makam Syech Burhanuddin. Dia juga mengakui jika omsetnya sebagai pedagang accesories di kawasan itu jauh mengalami penyusutan dibanding lebaran tahun lalu. "Kalau Hari Rayo sabalunnyo awak bisa jua bali labiah dari 2 juta bagai perhari. Tapi kini, mancari 300 ribu sajo lah susah bana rasonyo," terangnya.
Nur mengakui, lemahnya daya beli masyarakat akhir-akhir ini agaknya tidak terlepas dari berbagai kondisi yang melingkupi kehidupan masyarakat akhir-akhir ini. Baik itu dipicu akibat terjadinya kegagalan panen yang berakibat tidak adanya kepastian harga kebutuhan pokok atau kebutuhan harian lainnya di pasaran. Demikian pula kondisi politik Indonesia yang saat ini masih belum ada kepastiannya.
"Kalau lamo bantuak iko, tantu susah nasib kami pedagang ko dinyo. Karano bisa-bisa modal jo pokok bisa bisa habislo tamakan," terangnya.
Cahndra salah seorang pedagang pecal lele tidak jauh dari Masjid An-Nur Nagari Paritmalintang juga tak urung mengeluhkan kondisi sepinya pembeli selama lebaran tahun ini.
Menurutnya, jika dilihat secara kasat mata, memang lalu lalang kendaraan selama lebaran tahun ini tidak kalah ramainya dengan lebaran tahun lalu. "Tapi kebanyakan hanya numpang lewat saja, tidak banyak yang berhenti untuk berbelanja seperti lebaran tahun lalu," terangnya.
Menurutnya, sebagai pedagang makanan momen lebaran memang sangat diharapkan untuk bisa mendongkrak pendapatan usaha mereka. "Tapi tahun ini situasinya memang sedang lesu kayaknya. Bukttinya jual beli saya jauh turun dibanding tahun lalu hingga lebih dari 50 persen," terangnya.
Terkait hal itu Candra berharap, kiranya kondisi kelesuan ekonomi yang terjadi akhir-akhir ini bisa secepatnya dicarikan solusinya oleh pemerintah maupun presiden baru nantinya, sehingga dengan begittu pendapatan para pedagang seperti dirinya tidak malah semakin terpuruk seperti yang dialami saat ini. (Yurisman Malalak)
Yusnimar salah seorang pedagang rakik di kawasan itu mengaku dibandingkan lebaran tahun lalu, omsetnya pada lebaran tahun ini terbilang jauh mengalami penyusutan. Bahkan penyusutannya bisa mencapai 50 persen lebih. "Kalau Hari Rayo tahun dulu, perharinyo awak bisa dapek pitih sampai 2 juta labiah sahari. Tapi kini paliang banyak indak sampaigai 400 ribu sahari doh," ungkap Yusnimar (65), salah seorang pedagang rakik yang mengaku telah puluhan tahun menekuni usaha tersebut di sekitar gerbang makam Syech Burhanuddin.
Menurutnya, pada lebaran tahun lalu, saking tingginya omset pejualannya perharinya, dia bahkan sempat membuka cabang di tempat lain, tepatnya di bagian ujung jalan menuju kompleks makam Syehc Burhanuddin. Namun, pada lebaran tahun ini, kondisinya tetap saja sepi pembeli. Malahan yang terjadi hanyalah kemacetan lalu lintas kendaraan. "Kalau urang lewat iyo lai rami juo nan lalu lalang. Tapi kebanyakan urang tu indak babalanjo sarupo tahun lalu," imbuhnya mengeluhkan.
Yusnimar menyebutkan, menurunnya omset pedagang seperti dirinya pada lebaran tahun ini tidak terlepas akibat sulitnya kondisi ekonomi masyarakat akhir-akhir ini. "Iyo kini nampaknyo pitih tu bana nan sarik, makonyo urang yang babalanjo tapaso lo harus bairit," terangnya.
Senada dengan itu diakui Nur (55) pedagang accesories di sekitar kompleks makam Syech Burhanuddin. Dia juga mengakui jika omsetnya sebagai pedagang accesories di kawasan itu jauh mengalami penyusutan dibanding lebaran tahun lalu. "Kalau Hari Rayo sabalunnyo awak bisa jua bali labiah dari 2 juta bagai perhari. Tapi kini, mancari 300 ribu sajo lah susah bana rasonyo," terangnya.
Nur mengakui, lemahnya daya beli masyarakat akhir-akhir ini agaknya tidak terlepas dari berbagai kondisi yang melingkupi kehidupan masyarakat akhir-akhir ini. Baik itu dipicu akibat terjadinya kegagalan panen yang berakibat tidak adanya kepastian harga kebutuhan pokok atau kebutuhan harian lainnya di pasaran. Demikian pula kondisi politik Indonesia yang saat ini masih belum ada kepastiannya.
"Kalau lamo bantuak iko, tantu susah nasib kami pedagang ko dinyo. Karano bisa-bisa modal jo pokok bisa bisa habislo tamakan," terangnya.
Cahndra salah seorang pedagang pecal lele tidak jauh dari Masjid An-Nur Nagari Paritmalintang juga tak urung mengeluhkan kondisi sepinya pembeli selama lebaran tahun ini.
Menurutnya, jika dilihat secara kasat mata, memang lalu lalang kendaraan selama lebaran tahun ini tidak kalah ramainya dengan lebaran tahun lalu. "Tapi kebanyakan hanya numpang lewat saja, tidak banyak yang berhenti untuk berbelanja seperti lebaran tahun lalu," terangnya.
Menurutnya, sebagai pedagang makanan momen lebaran memang sangat diharapkan untuk bisa mendongkrak pendapatan usaha mereka. "Tapi tahun ini situasinya memang sedang lesu kayaknya. Bukttinya jual beli saya jauh turun dibanding tahun lalu hingga lebih dari 50 persen," terangnya.
Terkait hal itu Candra berharap, kiranya kondisi kelesuan ekonomi yang terjadi akhir-akhir ini bisa secepatnya dicarikan solusinya oleh pemerintah maupun presiden baru nantinya, sehingga dengan begittu pendapatan para pedagang seperti dirinya tidak malah semakin terpuruk seperti yang dialami saat ini. (Yurisman Malalak)